Tentang Belajar

    "Ren, kamu tau, ‘kan, minggu depan udah mau PAS?”


    “Tau, terus kenapa?” Renja berbicara tanpa menatap lawan bicara nya, benda pipih yang menampilkan video lebih menarik perhatian nya. 


    “Mau belajar bareng aku, gak? Kamu tau sendiri, ‘kan, aku agak kurang ngerti sama pelajaran. Apalagi matematika sama ipa, hadeh,” lelaki berkulit tan itu menghembuskan nafas nya kasar, menatap langit yang begitu cerah. 


    “Mau aja. Belajar nya mulai besok, ya. Sekalian aku juga mau belajar sama kamu, nih. Kamu, ‘kan, ngerti tuh sama sejarah,” Renja mulai menatap balik teman yang duduk di sebelah nya. Sebut saja namanya Hansa. 


    “Oke, besok aku kesini lagi, ya, Ren. Kalau gitu, aku pulang dulu.”


    “Iya, hati hati di jalan!” ucapan itu hanya dibalas anggukan oleh Hansa, lalu dia menaiki sepeda nya dan pergi dari pekarangan rumah Renja. 



    “Assalamu'alaikum, Renja!”


    “Waalaikumsalam.”


    Setelah membukakan pintu nya, Renja melihat Hansa dengan tas yang bertengger di pundak temannya itu. Mempersilahkan masuk dan mereka mulai belajar bersama. Saling mengajari jika salah satu di antara mereka tidak mengerti.


    “Ren, ini gimana, sih? Kok hasil nya bisa tujuh?” Renja melihat buku milik Hansa yang berisi angka angka dan mulai memberi tahu temannya. 


    Setelah belajar cukup lama, sekarang mereka mengistirahatkan diri sejenak. 


    “Huh, ternyata matematika gak sesusah itu, ya?”


    “Memang gak susah, matematika hanya perlu di mengerti,” Hansa mengangguk, lalu meneguk segelas air yang di suguhkan Renja. 


    “Aku juga gak nyangka kalau sejarah semenarik itu,” Hansa terkekeh dengan ucapan Renja. 


    “Berarti ulangannya online, ya?”


    Hanya deheman yang memasuki indra pendengaran Hansa, "Gak asik banget, ya, aku jadi kangen masa masa kita nyontek di sekolah, terus saling lempar kertas yang berisikan jawaban." Hansa dan Renja sedikit tertawa jika mengingat hal hal itu, ternyata sudah lama juga mereka tidak melakukan hal konyol seperti itu. Sudah dua tahun mereka tidak pernah belajar di sekolah. 


    “Iya, aku rindu belajar di sekolah deh.”

    

    “Sama, Ren. Kita harus tunggu situasi nya membaik dulu,” Hansa melihat Renja yang merebahkan diri di lantai mengikuti apa yang temannya lakukan. 


    “Yaudah, lah. Ayo lanjutin belajar nya!”


    “AYO!”


    Mereka melanjutkan belajar bersama sampai jarum jam menunjukkan pukul tiga sore. Hansa memilih pulang dan melanjutkan nya di rumah atau besok bersama Renja lagi. 


    Hari terus berganti, tanggal terus bertambah, dan sekarang adalah hari di mana mereka akan melakukan PTS (Penilaian Tengah Semester).


    Hansa dan Renja selama seminggu terus belajar bersama. Kadang, mereka ke perpustakaan hanya untuk meminjam buku yang diperlukan, mengerjakan tugas tugas yang mereka cari dan menjawab nya sendiri sebagai latihan. Selama seminggu juga mereka terus berkutat dengan buku-buku tebal sekolah, menghafalkan rumus demi rumus. Tidak ada kata ‘main’ selama seminggu penuh ini. Mereka benar benar ngambis bersama. 




    “Hansa sarapan dulu, nak. Bunda udah bikin nasi goreng kesukaan kamu, nih.”


    "Iya, Bun. Sebentar!" Hansa menuruni anak tangga dirumah nya lalu mendudukan dirinya di kursi. 


    "Hari ini kamu ulangan, ‘kan? Harus makan dulu buat isi perut, supaya otak nya juga bisa bekerja," Bunda Hansa mengambilkan nasi goreng kedalam piring, lalu memberikannya kepada anak semata wayangnya. 


"Iya, Bunda. Bunda do'akan, ya, semoga Hansa bisa ngerjainnya!"


"Gak perlu kamu minta, Bunda pasti mendo'akan kamu, Hansa," mengelus surai kecoklatan milik sang putra, lalu mengecupnya pelan. 



    "Renja sayang, udah dikasih link nya belum?"


    "Belum, Ma. Mungkin sebentar lagi," Mama Renja tersenyum ke arahnya, lalu memberi semangat kepada putra bungsu nya. 


    "Mama yakin kamu bisa. Selama ini, kamu ‘kan udah belajar secara giat. Pasti bisa, kok. Urusan nilai itu belakangan, yang penting kamu udah berusaha," Renja merasa hangat mendengar kata kata itu dari sang Mama, dipeluknya erat tubuh Mamanya, lalu mengucapkan terimakasih dengan sangat tulus. 


    Hanya ini yang Renja inginkan, kata kata ‘Semangat’ dari sang Mama yang bisa membuat Renja semakin percaya kepada dirinya. 


    Penilaian Tengah Semester sudah dilaksanakan selama lima hari berturut-turut, sekarang, mereka hanya menunggu hasil dari sang Guru. Setelah dikirim, hasil nilainya banyak dari mereka yang berhasil dan banyak juga yang tidak. 


    Renja dan Hansa termasuk siswa yang berhasil, mereka tidak masuk dalam list pengulangan. Mereka bersyukur karena bisa mengerjakan ini semua dengan benar. Tidak sia-sia hasil belajar mereka, semua terbalas kan sesuai ekspektasi. 


    Kerja keras mereka terbayarkan dengan seimbang. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Nilai sempurna dan tidak ada satupun pelajaran yang mereka ulang—itu yang mereka inginkan. Dan sekarang, semuanya terpenuhi. 


    Dengan kerja keras dan dukungan dari orang sekeliling membuat mereka semakin percaya dengan diri sendiri, mungkin semua orang membutuhkan nya. Bukan hanya mereka. 


    "Usaha tidak pernah menghianati hasil." Mereka percaya akan kata kata itu, karena mereka sudah berusaha dan merasakan hasil nya.


—Karya tulis dari Syira Nur Rahmayani

 

Komentar